PPIH Susun Skema Persiapan Pelaksanaan Puncak Ibadah Haji

JEDDAH, Pantaumedia.id – Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi saat ini tengah fokus menyiapkan skema penyelenggaraan pada puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina).

Hingga hari ini, jemaah calon haji Indonesia yang berdatangan ke Kota Makkah Al-Mukarramah, baik dari Madinah maupun Jeddah sudah mencapai 370 kelompok terbang (kloter) atau 140.669 jemaah.

Ketua PPIH Arab Saudi 1444 H/2023 M Subhan Cholid mengatakan saat ini pihaknya telah membentuk satuan operasional untuk mempersiapkan penyelenggaraan puncak ibadah haji di Armina.

“Kami telah membentuk sebuah struktur yang kita sebut Satop (Satuan Operasional) Armina. Kita akan bentuk tiga satgas (Satuan Tugas), yaitu Satgas Arafah untuk Daker Bandara, Satgas Muzdalifah untuk Daker Makkah, dan Satgas Mina untuk Daker Madinah,” jelas Subhan Cholid usai memimpin rapat bersama para Kepala Bidang layanan di Jeddah, Selasa (13/6/2023).

Subhan merinci di setiap Satgas akan dibentuk tim adhoc, masing-masing 11 Tim. Setiap tim adhoc bertugas memberikan layanan kepada seluruh jemaah selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Tim adhoc ini, kata Subhan, beranggotakan petugas pelindungan jemaah (linjam), tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah (PKP3JH), petugas kesehatan, petugas layanan lansia, serta tim bimbingan ibadah.

“Insya Allah kebutuhan layanan kepada jemaah akan kita berikan melalui titik-titik adhoc,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Subhan, pihaknya juga akan menempatkan sejumlah personil pada 70 maktab yang ditempati jemaah haji Indonesia. Mereka bertugas melakukan pengawasan Maktab dalam memberikan layanan akomodasi jemaah. Selain itu, ada juga personil yang akan melakukan pengawasan layanan katering.

“Jemaah akan mendapat layanan katering sebanyak 16 kali makan selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Layanan ini disiapkan oleh maktab. Kita siapkan tim yang melekat untuk melakukan pengawasan.”

Khusus di Mina, kata Subhan, selain tim adhoc yang ditempatkan pada 11 titik area tenda jemaah, disiapkan juga tim Jamarat. Tim ini akan disiapkan pada 10 titik, sebanyak lima titik pada rute jamarat bagian atas, dan lima titik pada rute jamarat bagian bawah.

“Kita siapkan jalur pengamanan di atas dan bawah. Sebab, rute pergerakan jemaah haji Indonesia dari tenda Mina ke Jamarat yang disiapkan Saudi, bisa melalui jalur atas dan ada potensi juga jemaah melalui jalur bawah. Sehingga di atas lima titik dan bawah lima titik untuk pengamanan,” papar Subhan.

“Dari Jamarat menuju tenda di Mina, disiapkan delapan pos petugas. Di setiap pos ditempatkan sejumlah personel untuk mengawal jemaah selama dalam perjalanan menuju dan pulang dari Jamarat,” lanjutnya.

Subhan menambahkan petugas layanan lansia akan ditempatkan di setiap titik. Mereka akan dibekali dengan dengan sejumlah perangkat, termasuk kursi roda dan lainnya.

“Insya Allah kita akan siapkan lebih 100 kursi roda untuk layanan Armina, utamanya pada fase Mina. Pihak Masyarik juga menginformasikan bahwa mereka akan menyiapkan 15 mobil golf di Mina untuk layanan lansia,” terangnya.

Selama di Mina nanti, Subhan mengimbau kepada jemaah lansia untuk tetap berada di tenda. Proses lempar jumrahnya bisa diwakilkan kepada jemaah lainnya dan itu sah. Sebab, untuk sampai ke Jamarat, harus jalan kaki dan itu butuh energi luar biasa. Jarak terdekat antara tenda ke jamarat sekitar 3 km, kalau pergi pulang berarti 6 km. Sementara jarak terjauh mencapai 7 km, kalau pergi pulang berarti 14 km.

“Ini tentu bagi jemaah lansia sangat berat. Karenanya bisa diwakilkan karena secara Syar’i memang diizinkan untuk diwakilkan. Jemaah lansia tetap berada di tenda untuk berdoa dan berzikir, sementara lontar jumrahnya diwakilkan,” jelas Subhan.

Dia menjelaskan PPIH bersama Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, serta pihak Masyarik, telah menyusun rencana pergerakan jemaah haji pada fase Armina. Jemaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 8 Zulhijjah. Mereka diberangkatkan dalam tiga fase pemberangkatan. Fase pertama, mulai pukul 07.00 – 11.00 waktu Arab Saudi (WAS). Fase kedua, mulai pukul 11.00 WAS – 15.00 WAS. Fase ketiga, mulai 15.00 WAS sampai selesai.

“Jadi ada tiga trip pemberangkatan jemaah. Setiap Maktab akan mengalokasikan 21 bus. Jumlah jemaah per maktab sekitar 2.900 orang. Satu bus akan membawa 45 jemaah. Jadi insya Allah setiap maktab bisa diselesaikan dalam tiga setengah kali putaran penjemputan,” sebutnya.

Pergerakan selanjutnya adalah dari Arafah menuju Muzdalifah, setelah jemaah menjalani ibadah wukuf. Pada fase ini, sarana transportasi yang digunakan setiap maktab dikurangi menjadi hanya 9 bus. Sehingga, proses penjemputan jemaah diperkirakan akan sampai tujuh hingga delapan putaran.

Dari Muzdalifah, jemaah selanjutnya akan diberangkatkan menuju Mina. Jarak antara Muzdalifah ke Mina, hanya sekitar 2 km. Karenanya, untuk menghindari kemacetan, armada yang digunakan kembali dikurangi, menjadi hanya 5 bus per maktab. Ini berakibat pada proses perputaran bus menjadi lebih banyak.

“Untuk pergerakan dari Mina ke Makkah, armada yang digunakan akan kembali menjadi 21 bus per maktab. Jemaah yang mengambil nafar awal akan diberangkatkan pada 12 Zulhijjah sebelum terbenamnya matahari, sedang yang mengambil nafar tsani diberangkatkan dari Mina pada 13 Zulhijjah,” jelas Subhan.

Skema persiapan puncak haji ini, kata Subhan, akan mulai disosialisasikan ke petugas dan jemaah. Petugas diharapkan bisa memahami tugas dan pos layanannya masing-masing. Jemaah memahami bahwa ada banyak petugas yang akan melayani mereka di setiap tahapan puncak haji.

“Masing-masing maktab sudah melakukan koordinasi terkait pembagian jadwal keberangkatan. Jadwal itu akan diinformasikan ke petugas dan jemaah agar dipahami dan dipedomani,” tandasnya. ■

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: